Saturday, January 31, 2009

Vitamin C dan Wanita Hamil Perokok

Mengkonsumsi vitamin C selama masa kehamilan akan sangat membantu para ibu yang memiliki kebiasaan merokok saat mengandung. Temuan tim dari 'the Oregon Healt & Science University' juga menyarankan agar para ibu perokok sebaiknya menghentikan kebiasaannya itu saat hamil.

Hasil penelitian tim pimpinan Dr Elliot Spindel ini membuktikan bahwa Vitamin C mampu menghadang efek negatif akibat aktifitas merokok yang dilakukan oleh sang ibu hamil. Dalam dosis yang tinggi, vitamin C mampu melindungi kerusakan yang ditimbulkan oleh `nicotine` yang dihasilkan dari rokok.

Hasil penelitian tim pimpinan Dr Elliot ini dipublikasikan melalui `the American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine`. Selama percobaannya kepada binatang Dr Eliot Spindel melihat hubungan nicotin dengan aliran udara pada paru-paru.

Sementara kepada kera, tim peneliti memberikan vitamin C kepada ibu kera hamil dan bayi kera itu memiliki aliran udara paru-paru yang normal. Sukses di penelitian pada binatang membuat tim ahli merasa yakin bahwa penemuan mereka bisa mencapai sukses serupa jika diaplikasikan kepada manusia.

Meski demikian Dr Michael Gravet yang menjadi asisten penelitian ini tetap memberiakn saran sebaiknya seorang ibu hamil harus berhenti merokok demi keselamatan sang bayi. (mydoc/t2t)

jurnal of Medicine: Berita Buruk Picu Serangan Jantung

Rahasia dampak berita buruk yang mampu mengejutkan jantung mampu dipecahkan oleh tim riset dari John Hopkins University pimpinan Ilan Wittstein. Seperti yang dipublikasikan melalui the New England Journal of Medicine, Ilan Wittstein menyatakan bahwa berita buruk berhubungan erat dengan pelepasan sejumlah hormon.

Sejumlah hormon seperti adrenalin dan hormon terkejut lainya, disebut-sebut mampu mengejutkan jantung setelah seseorang mendengar kabar buruk atau sedih. Dari studi yang dipublikasikan itu disebut pula bahwa jika tidak ditangani dengan benar maka hal itu bisa disalah artikan sebagai sebuah serangan jantung.

Karena kejutann yang ditimbulkanya hanya berlangsung sementara terutama pada akhir pekan saja. Setelah melakukan penelitian atas 19 pasien yang datang ke rumah sakit dengan gejala yang sama dengan serangan jantung para peneliti melihat bahwa tidak seperti gejala serangan jantung lainya pada pasien yang umumnya para wanita manula ini tidak ditemukan penyumbatan darah pada arterti seperti umumnya para penderita serangan jantung lainnya.

Para dokter yang semula menganggap sebagai serangan jantung itu menemukan adanya tumbukan `stress hormones` yang tinggi terutama pada `adrenalin` dan `noradrenalin` pada pasien di dalam darah mereka. Merurut para periset, `stress hormones` bisa menjadi racun pada jatung dan sangat efektif untuk menjadi sebuah kejutan.

Pasien yang mengalami stress juga memiliki hormon tinggi pada otak yang disebut dengan `brain natriuretic peptide` sekaligus sebagai indikasi bahwa jantung bekerja diatas normal. Hasil pantauan dengn menggunakan `echocardiograms` yang digunakan untuk mengukur tingkat fungsi jantung juga menunjukan gelombang yang unik setelah seorang pasien dikabarkan mengalami serangan jantung.

Dalam kasus serangan jantung, seorang pasien baru bisa memulihkan kondisi setelah beberapa pekan atau bulan. Yang pasti tim periset dari University of Hopkins ini tidak menjelaskan bagaimana `stress hormones` bisa berdampak pada jantung.

Mereka hanya melihat kemungkinan sebuah cairang kimia yang bisa mempengaruhi denyut jantung sehingga jantung mengalami kelebihan beban. Tim merekomendasikan dilakukanya penelitian lanjutan kepada orang-orang yang secara genetika memiliki kondisi semacam ini. (mydoc/t2t)

Ilmuwan Inggris Temukan Jel untuk Cegah Penularan AIDS

Perang terhadap Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), terus mengalami kemajuan. Sejumlah ilmuwan yang dipimpin Profesor Robin Offord dan Olivier Hartley dari Universitas Jenewa, Swiss, baru-baru ini, berhasil mengembangkan sejenis molekul yang diyakini dapat melindungi manusia dari virus HIV/AIDS.

Sebuah protein yang disempurnakan dari protein sistem kekebalan tubuh manusia itu terbukti dapat melindungi monyet betina dari virus HIV. Rencananya, formula itu dikembangkan dalam bentuk jel yang dapat digunakan manusia untuk mencegah penularan HIV secara seksual. Dalam uji laboratorium, senyawa itu mampu melindungi sel dari serangan virus HIV selama satu hari penuh.

Artinya, secara teori, orang yang menggunakan jel kimia itu terlindungi dari serangan HIV/AIDS setidaknya 24 jam sebelum berhubungan seks. Maksimal pada tahun depan, efek samping jel tersebut terhadap manusia sudah dapat diketahui. Kemudian, obat pencegah itu diuji tingkat kemanjurannya dalam menghalangi infeksi HIV/AIDS pada kelompok yang berisiko tinggi.

Selanjutnya, Offord dan rekan-rekannya akan mengembangkan cara yang lebih murah dan mudah untuk membuat molekul tersebut. Seperti diketahui, HIV dapat memproduksi sel sendiri dalam aliran darah manusia, yaitu pada sel-sel darah putih (leukosit). Sel-sel darah putih yang biasanya melawan bila diserang virus, tidak akan melawan HIV.

Hal ini bisa terjadi karena HIV merupakan sejenis retrovirus atau virus yang dapat berkembang biak dalam darah manusia. Belakangan, virus tersebut menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih, termasuk limfosit, yang disebut "T-4" atau T-penolong (helper) yang juga dikenal dengan sel CD-4. Untuk dapat menginfeksi CD-4, HIV membutuhkan reseptor--satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dalam tubuh--yang disebut CCR5.

Menurut penelitian Offord dan timnya, orang yang mempunyai banyak sel CD-4 dengan sedikit CCR5 hampir dipastikan aman dari infeksi HIV. Sel itu berperan sebagai kurir sistem kekebalan kimia yang disebut regulated on activation normal T expressed and secreted (RANTES). Nah, RANTES inilah yang sedang dikembangkan oleh tim pimpinan Offord untuk mencegah infeksi HIV. (mydoc/t2t)

Konsumsi Kokain Picu Pengecilan Volume Otak

Analis atas 27 otak para pengguna zat adiktif kokain telah membuat tim ahli pimpinan Dr. Hans C. Breiter dari Massachusetts General Hospital Boston (AS) berkesimpulan bahwa volume otak pengguna zat adiktif kokain berukuran sangat kecil dan itu berdampak pada aktifitas pengguna zat adiktif.

Hasil penelitian dari Boston itu sekaligus memperjelas bagaimana seseorang mengalami ketidakberuntungan jika sudah bersentuhan dengan zat adiktif. Volume otak ke-27 pengguna za adiktif kokain itu dibandingkan dengan volume otak 27 orang yang sehat dan tidak pernah menyentuh kokain.

Hasilnya volume otak dan struktur yang disebut dengan `amygdala` pada 27 pengguna zat adiktif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran yang normal. Meski belum secara jelas bagaimana penyusutan terjadi namun kecilnya ukuran `amygdala` kemungkinan besar akibat penggunaan zat adiktif seperi kokain.

`Amygdala` sendiri seperti sebuah kumpulan kecil syaraf pada otak yang juga berpengaruh pada proses terbentuknya emosi. Kecilnya ukuran otak dan berpengaruh pada emosi membuat hasil negatif pada aksi pengguna zat adiktif. Hasil penelitian Dr Breiter itu dipublikasikan melalui the journal Neuron, meski Dr Breiter tidak bisa menjawab pertanyaan bagaimana volume amygdala yang kecil merupakan dampak dari kontribusi penggunaan zat adiktif.

Breiter memberikan penjelasan singkat bahwa volume amygdala pada orang normal akan berkembang lebih besar pada sisi kiri otak dan pada pengguna zat adiktif keseimbangan ukuran itu menjadi tidak simetris. Dalam waktu singkat penggunaan zat adiktif akan membuat proses degerasi pertumbuhan otak.

Dalam waktu panjang, penggunaan zat adiktif akan membuat ketidaknormalan pada aksi kehidupan sehari-hari. Dr Breiter menggunakan `magnetic resonance imaging (MRI)` untuk melakukan pengindraan atas 27 pengguna zat adiktif sehingga bisa menghasilkan gambar ukuran volume otak.

Pada pengguna zat adiktif ukuran amygdalas rata-rata 13 persen lebih kecil dari rata pada otak kiri dan 23 persen lebih kecil pada rata-rata volume otak pada sebelah kanan. (mydoc/t2t)

iPods Bikin Telinga Berdengung

Musik salah satu cara pendongkrak semangat, musik membuat hidup lebih hidup, tapi apa jadinya jika musik bikin telinga berdengung? Tentu bukan musik yang bikin telinga 'ngungung', tapi perilaku kita mendengarkan musik yang membuat pendengaran jadi tak tajam lagi.

Para peneliti di Australia menemukan sekitar seperempat pengguna iPods mengalami gangguan pendengaran. iPods mania atau pemakai portable music players lainnya sering beresiko mengalami kenaikan telinga berdengung (tinnitus) atau masalah pendengaran lainnya, kecenderungan ini lebih banyak dijumpai pada pengguna iPods yang gila-gilaan memutar volume iPods-nya.

National Acoustic Laboratories di Sydney meminta para responden mendengarkan musik dengan volume sebanding dengan perangkat bermesin motor (ie: mesin bor). Para peneliti menemukan bahwa tingkat dengungan (tinnitus) akan meningkat karena pendengaran tak bisa lagi mengadopsi kebiasaan normal telinga mereka.

Penelitian tersebut mencatat sekitar 25 persen responden cenderung mendengarkan iPods ataupun portable musik lainnya dalam kapasitas 'bising' sebanding dengan tingkat kebisingan suara-suara pada alat pemotong rumput maupun perangkat bermesin motor, dengan rata-rata intensitas diatas 85 decibels.

Dalam ukuran normal, orang dengan pendengaran normal audiogram-nya terletak antara 0 sampai 20 decibels, lebih dari 30 decibels dengan rentangan sampai 100 desibel berarti ada gangguan pendengaran.

Ukuran intensitas pendengaran normal dicatat dalam bentuk audiogram, dimana audigram yang terletak antara 30 sampai 40 decibels termasuk gangguan ringan. Dari 40 sampai 60 decibels termasuk skala sedang. Antara 60 sampai 90 desibel sudah berat. Sebagai gambaran, bunyi mesin bor jalanan sama dengan 100 desibel. Mesin pesawat terbang 120 desibel. Sedang ruangan yang tenang kira-kira sekitar 30 sampai 40 desibel.

"Menikmati alunan musik disco, menghadiri pesta dansa, bekerja di pabrik, mendengarkan musik sambil berkendara atau hanya mendengarkan musik didalam kamar, apapun kondisinya jika mengganggu telinga hal tersebut sudah termasuk kategori 'kebisingan'," ujar Professor Harvey Dillon, penggagas penelitian.

"Akan lebih baik jika mendengarkan musik dalam frekuensi normal, mungkin gangguan ini tak tampak dalam waktu dekat namun tak menutup kemungkinan memicu gangguan yang lebih berat beberapa tahun mendatang," tambah Prof. Dillon(sky/rit)

kesehatan

Mandi, Bikin Segar dan Sehat!

Menurut penelitian terbaru mandi ternyata tidak hanya baik untuk membersihkan tubuh dari kotoran dan menjauhkan stress, tapi mandi juga memiliki peranan penting meningkatkan sistem kekebalan, membantu kulit terhindar dari penyakit seperti eksema dan bahkan menyembuhkan masalah medis serius.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine menunjukkan penderita diabetes yang menghabiskan hanya setengah jam berendam dalam bak air hangat dapat menurunkan tingkat gula darah sekitar 13 persen.

Penelitian terpisah di Jepang menunjukkan 10 menit berendam dalam air hangat dapat memperbaiki kesehatan jantung baik pria maupun wanita, membantu mereka menjalani test olahraga lebih baik dan mengurangi rasa sakit.

Apa manfaat mandi dan berapa lama anda sebaiknya mandi? Berikut beberapa petunjuk mandi asyik dan menyehatkan:

Mengeluarkan racun

Mandi air hangat sekitar 32-35 derajat Celsius membuka pori-pori yang dapat membantu mengeluarkan toksin. Mandi air hangat juga dapat membantu menurunkan tingkat gula darah, menyembuhkan sakit otot dan membantu menjaga usus besar bekerja dengan baik. Waktu yang dianjurkan selama 10-20 menit.

Stress

Jika anda benar-benar mengalami stress, mandi air dingin akan menjadi jawaban yang tepat. Temperatur yang dianjurkan sekitar 12-18 derajat Celsius. Mandi air dingin sangat baik meredakan ketegangan, sebaliknya dari air hangat karena mandi air dingin dapat mempersempit darah dan meningkatkan tingkat gula darah.

Eksema

Penyakit kulit tertentu seperti eksema, ruam atau gatal-gatal dengan menambahkan baking soda (sodium bicarbonate) ke dalam bak mandi dapat membuat perbedaan besar. Sodium bicarbonatebertindak sebagai antiseptik. Isi air dengan air hangat kuku, tambahkan kira-kira satu pound baking soda dan aduk sampai rata. Dianjurkan berendam selama 10-20 menit.

Infeksi

Infeksi yeast seperti sariawan dapat dibantu dengan menambahkan tiga atau empat cuka dari sari buah apel ke dalam bak mandi. Ini juga baik untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh karena cuka dapat menyeimbangkan kembali asam. Tambahkan pada air hangat dan berendam selama 15-20 menit.

Flu dan Sakit Kepala

Merendam kaki dalam air hangat dapat membantu menyembuhkan flu dan sakit kepala dan juga menyegarkan kembali kaki yang lelah. Masukan air hangat secukupnya dalam bak sampai menutupi kaki dan pergelangan kaki tambahkan beberapa tetes minyak seperti lavender, peppermint atau lemon. Setelah selesai basuh dengan air dingin. Lakukan selama 10-20 menit.

Insomnia

Merendam kaki dalam air dingin sangat baik bagi anda yang memiliki masalah insomnia atau mereka yang memiliki masalah tidur. Masukan kaki sampai kaki merasa dingin. Pengobatan ini juga berguna bagi kaki lelah, pendarahan hidung, flu dan sembelit.

Sirkulasi

Cobalah merendam kaki secara bergantian antara air hangat dan air dingin jika anda mengalami masalah sirkulasi. Mulai dengan merendam kaki selama satu atau dua menit dalam air hangat, kemudian 30 menit dalam air dingin. Cobalah lakukan selama 15 menit kemudian diselesaikan dengan air dingin. (mydoc/rit)

 

blogger templates | Make Money Online